Minggu, 23 Februari 2014

Seni Gerabah Lombok


Lombok tak hanya menyimpan keindahan alamnya saja, namun sangat terkenal pula karena produksi gerabah atau tembikarnya. Kedekatan masyarakat Lombok dengan gerabah, khususnya suku Sasak, seperti dikisahkan dalam cerita rakyat Dewi Anjani. Konon, Dewi Anjani mengirimkan seekor burung pembawa pesan, manuk bre, untuk menolong sepasang manusia yang kebingungan tatkala ingin menanak beras hasil panen pertama mereka. Burung tersebut membawa pesan untuk mengajari manusia itu cara mengolah tanah gunung menjadi periuk.



Lombok menyimpan banyak sekali pengrajin gerabah yang tersebar di seluruh wilayahnya. Namun sentra-sentra kerajinan gerabah yang terkenal dapat pengunjung temui di antaranya Desa Banyumulek di Lombok Barat, Desa Penunjak di Lombok Tengah, dan Desa Masbagik di Lombok Timur. Biasanya hasil gerabah ini, selain digunakan oleh penduduk lokal, juga diekspor ke mancanegara, seperti Belanda, Perancis, Amerika, maupun Selandia Baru. Sebenarnya untuk urusan ekspor, gerabah Lombok cukup bersaing dengan gerabah asal Thailand, namun gerabah Lombok memiliki daya tarik tersendiri lantaran kandungan pasir kuarsanya cukup tinggi, kaolinnya bagus, dan sudah bersertifikat bebas racun, sehingga aman untuk digunakan.


Pada dasarnya, gerabah sudah digunakan sejak ribuan tahun silam, tepatnya pada zaman Neolitikum, yakni ketika manusia mulai hidup menetap, bercocok tanam, dan mengenal api. Oleh karena itu, gerabah merupakan karya turun temurun dari nenek moyang yang hingga kini masih dilestarikan sebagai suatu keahlian dan mata pencaharian. Dulu, gerabah dipakai untuk menyimpan beras, garam, dan bumbu-bumbuan, disamping digunakan sebagai alat masak memasak. Sekarang, ekspektasi orang terhadap gerabah akan melihatnya sebagai suatu karya seni yang indah dengan beragam corak warna yang mempesona sehingga seringkali kedapatan bahwa gerabah-gerabah ini hanya untuk dijadikan pajangan rumah.


Dulu, gerabah dibuat oleh para ibu dan anak perempuan, kemudian para ayah dan anak laki-laki bertugas untuk menjual dan mambawanya ke pasar. Namun seiring perkembangan zaman dan tuntutan pasar, peran ayah dan anak laki-laki pun beralih fungsi sebagai pembuat gerabah pula, dengan maksud untuk mendorong hasil produksi agar tambah maksimal dan berkualitas bagus.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar